Kenali Tubuh Anda

ANDA SIBUK BEKERJA?, SEGERA GABUNG DI KELAS KARYAWAN UNIVERSITAS MERCU BUANA

Sunday 23 November 2014

PK-22 LPDP: My Point of No Return


Pra PK: Berjibaku membagi waktu
Khawatir. Kata itu yang bisa mendeskripsikan perasaan saya pada H-1 sebelum keberangkatan PK atau yang pada awalnya saya kira artinya Program Kepemimpinan. Saya, yang baru resmi masuk ke dalam PK LPDP angkatan 22 pada tanggal 31 Oktober 2014, menjalani kurang lebih 2 minggu waktu saya sebelum PK dimulai seperti Roller Coaster. Tugas-tugas pra PK yang subhanallah banyaknya, kerjaan kantor yang juga harus diberesin sebelum berangkat PK, dan kerjaan-kerjaan lain yang juga sudah mepet deadline. Saya berpikir kenapa waktu 24 jam sehari dan 7 hari seminggu seperti tidak cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Bahkan, sempat terbesit pikiran bahwa saya tidak akan sanggup untuk menjalani semua ini. Namun, orang-orang di sekitar saya mengingatkan bahwa perjuangan ini bahkan belum dimulai. Saya tidak boleh menyerah.
Kekhawatiran lain datang dari pikiran saya mengenai teman-teman PK angkatan 22 yang saya temui. Selama ini berbincang melalui LINE atau WhatsApp saja seperti belum cukup. Bagaimana sifat asli mereka,bagaimana kalau saya tidak bisa berbaur dengan mereka, karena bagaimanapun juga mereka adalah orang-orang hebat dari berbagai bidang ilmu. Hari demi hari berlalu. Grup angkatan di LINE semakin sepi, namun grup kelompok di WhatsApp semakin ramai. Kami me-review lagi mengenai perlengkapan yang perlu dibawa, tugas-tugas yang telah dan akan dikerjakan selama PK, dan yang pasti saling menguatkan satu sama lain untuk menjalani 7 hari di PK. Beberapa orang ada yang sudah standby di Wisma Hijau H-1 pelaksanaan PK, beberapa orang sisanya akan datang di Minggu pagi. Saya berharap semuanya akan berjalan dengan lancar dan selalu mengingatkan diri saya bahwa saya harus menikmati every single process.

Hari pertama: kesan pertama begitu menggoda
Tibalah hari pertama. Dengan segala ke-hectic-an dan beratnya barang bawaan, saya akhirnya bisa bertatap muka langsung dengan nama-nama yang tadinya hanya bisa saya lihat di kontak LINE atau WhatsApp. Orang yang pertama menyapa saya adalah tidak lain tidak bukan ketua kelompok pra PK, Clarissa Azharia. Sebelumnya kami juga sudah ngobrol banyak di WhatsApp, jadi sudah tidak ada rasa canggung di antara kita. Setelah itu, saya bertemu dengan teman-teman PK 22 lainnya. Hal yang membuat saya excited adalah saya menebak-nebak siapa nama orang-orang ini, karena kebetulan saya mudah menghafalkan wajah. Perkenalan kami pun dilanjutkan di dalam aula. Pertemuan pertama diisi dengan penjelasan mengenai PK yang disampaikan oleh bapak Mohammad Kamiludin. Pada saat itulah saya baru tahu bahwa PK saat ini diartikan sebagai Persiapan Keberangkatan yang menjadi program pembekalan dan evaluasi awal para penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia yang diselenggarakan oleh LPDP. Ada 3 tujuan PK yang TIDAK BOLEH dilupakan oleh para peserta PK: menjadi duta LPDP, memperkuat bonding angkatan, dan menuai inspirasi. Penjelasan mengenai PK pun diselingi dengan berbagai ice breaking seru yang diberikan oleh kakak-kakak panitia. Games yang paling diingat adalah games TRACK 1, TRACK 2 , dan sebagainya yang dibawakan dengan ciamik oleh kak Jiwo. Pada saat itu kami juga diperkenalkan dengan pendamping kelompok dan kelompok kami dengan beruntungnya mendapatkan kak Permadi sebagai pendamping kelompok. Di sela-sela materi, kami menghabiskan waktu dengan mengulang-ngulang mars dan ikrar angkatan yang harus kami hapal. Dengan bantuan mas Yutmen dan bang Amos, kami bernyanyi dan mengucapkan ikrar dengan penuh semangat.
Sesi materi pertama yang kami terima pada hari pertama berjudul Paradigma Sumber Daya Manusia Kompetitif dan Berwawasan Global yang disampaikan oleh Tantia Dian Permata Indah. Tantia sendiri merupakan adik kelas saya masa SMA. Mahasiswa berprestasi nasional tahun 2010 ini di usianya yang masih sangat muda sudah bisa memberikan inspirasi. Ada 3 hal yang ia sampaikan mengenai cara menjadi manusia yang unggul, yaitu dengan menjadi otentik, kompetitif, dan adaptif. Quotes yang akan selalu saya ingat dari Tantia adalah “appreciating individiuality while keeping humility”.
Sesi materi kedua di hari pertama bertema Cendekiawan Muda Indonesia: Learning Today, Leading Tomorrow. Materi ini disampaikan bapak Yudi Latief, MA, Ph.D yang merupakan salah satu penulis Indonesia yang paling produktif. Ia adalah satu-satunya penulis Indonesia yang bukunya dimasukkan ke dalam perpustakaan di Australia. Pembicaraannya dibuka dengan pertanyaan “apa bedanya seorang ilmuwan dan seorang cendekiawan?”. Saya sendiri pada awalnya belum memahami perbedaan kedua istilah tersebut. Sampai beliau menjelaskan bahwa perbedaannya pada value. Seorang ilmuwan mengabdikan ilmunya kepada ilmu pengetahuan (devotee of knowledge), namun seorang  cendekiawan mengabdikan hidupnya kepada nilai (devotee of value). Hal yang paling menohok hati saya adalah ceritanya mengenai sejarah kemerdekaan. Dahulu, hanya dengan beberapa sarjana, Indonesia bisa mencapai kemerdekaannya. Sekarang, meskipun sudah memiliki ribuan sarjana, kejayaan Indonesia malah mundur. Menurut beliau, roh kebersamaan lah yang hilang di dalam jiwa-jiwa para pemuda Indonesia. Sesi materi kedua ini mengakhiri hari pertama PK 22.

Hari kedua: Apa yang disampaikan dari hati akan menyentuh hati
Saya sangat excited menjalani hari kedua. Sebelumnya pak Kamil mengingatkan kami bahwa belum tentu jajaran direksi bisa menghadiri sesi What, Why, and How to LPDP. Namun, ternyata kekhawatiran saya terbantahkan. Pak Eko Prasetyo, selaku direktur utama LPDP datang untuk membuka rangkaian kegiatan PK kami dan sekaligus mengisi materi mengenai What, Why, and How to LPDP dan Visi Kepemimpinan LPDP. Saya yang sedikit emosional hingga berkaca-kaca mendengar kata sambutan yang dibawakan oleh pak Eko. Ia menyampaikan bahwa bedanya program LPDP dengan program beasiswa lainnya adalah kita memiliki ikatan terhadap 250 juta rakyat Indonesia. Kita bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi karena rupiah demi rupiah yang dikumpulkan dari pajak masyarakat Indonesia. Dalam sesinya sendiri, pak Eko juga menyampaikan harapan-harapn mengenai LPDP ke depannya. Ia berharap setelah para awardee menyelesaikan pendidikannya dan kembali ke Indonesia, akan dibentuk ikatan alumni untuk saling berbagi dengan awardee-awardee baru. Pak Eko juga menyatakan bahwa para awardee yang saat pulang nanti masih belum tahu mau melanjutkan kemana, ketuklah pintu LPDP dulu. Saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang ingin menjalin kerjasama dengan LPDP. Harapannya LPDP dapat menjadi pool talent yang mengakomodir lulusan LPDP untuk bisa bekerja dengan perusahaan-perusahaan terbaik di Indonesia. Sesi pak Eko Prasetyo pun dilanjutkan dengan materi Visi Kepemimpinan LPDP. Pertanyaan yang terlontar saat itu adalah “values atau karakter seperti apa yang harus muncul dari pemimpin Indonesia?”. Pak Eko menjabarkan beberapa hal penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu kapasitas, kompetensi, karakter, dan acceptability. Pesan pak Eko kepada kita sebagai calon pemimpin adalah menyelesaikan urusan dengan diri ktia sendiri, bebaskan dari semua kepentingan-kepentingan, baru kita bisa membangun Indonesia.
Sesi materi ketiga bertema Membangun Indonesia Melalui Gagasan Inovatif Karya Ilmiah yang disampaikan oleh Bapak Prof. Misri Gozan. Di usianya yang baru menginjak 46 tahun, ia sudah bergelar profesor di bidang bioteknologi. Di sini beliau menyampaikan betapa pentingnya riset dan paten yang harus dimiliki oleh sebuah negara. Menurut beliau, sbenarnya riset di Indonesia sudah oke, hanya saja ketika kita membandingkannya dengna riset di luar negeri, kekurangannya banyak. Pesan penting dari beliau adalah bahwa ketika kita nanti akhirnya menjalani perkuliahan, jangan mengejar ilmu untuk mengalahkan orang lain, tapi kejarlah apa yang diperlukan oleh bangsa ini 20 tahun ke depan.
Sesi materi keempat, yang merupakan sesi terakhir pada hari ini merupakan sesi paling unik. Materi yang berjudul Social Education Enterpreneurship menghadirkan bapak Zainal Abidin, atau bang Jay, sebagai pembicara. Ia membuat sesi tersebut lebih interaktif. Ia mendirikan berbagai lapangan kerja di berbagai bidang. Pesan dari beliau adalah untuk selalu menjaga trust, karena itu adalah modal utama untuk menjadi manusia. Kita juga harus berani berpikir out of the box.

Hari ketiga: inspirasi dari mereka yang menginspirasi
PK hari ketiga dimulai dengan perjalanan kami ke SMA-SMA di kawasan Depok untuk melakukan social project yang berjudul Sharing and Inspirational Class. Kelompok dr. Soetomo sendiri mendapatkan kesempatan berkunjung ke SMA terbuka MASTER Depok di kawasan terminal Depok. Dari 30 anak yang konfirmasi kehadirannya ke pihak sekolah, hanya 16 anak yang akhirnya benar-benar menunjukkan dirinya di tempat. Namun ternyata benar, kuantitas tidak menentukan kualitas. Dengan sedikitnya peserta yang hadir, keterikatan yang kami bangun dengan teman-teman dari SMA Master sangat erat. Bahkan pada saat sharing session, kami sempat meneteskan air mata karena berbagi cerita dengan teman-teman SMA. Kami yang tadinya datang untuk memberikan inspirasi, malah mendapatkan inspirasi dari teman-teman semua.
Sepulangnya dari program SIC, kami mendapatkan pengalaman luar biasa yaitu bisa berbagi dengan Dik Doang atau yang ingin disapa sebagai Om Ganteng. Penyampaian materi ala teatrikal tidak mengurangi esensi dari tema yang ia sampaikan mengenai social education enterpreneurship. Inspirasinya dibagi melalui ceritanya mengenai Kandank Jurank Doank, sebuah tempat pendidikan di alam yang dibangunnya untuk anak-anak jalanan yang belum bisa berkesempatan mengenyam pendidikan formal. Ia juga mengajari kita betapa pentingnya rasa ikhlas dan syukur atas segala nikmat dan rahmat yang telah diberikan oleh Allah SWT dan tetap istiqomah untuk memperjuangkan hal yang kita yakini baik.
Sesi terakhir hari ketiga bertema Nusantara dalam Genggaman Teknologi yang disampaikan oleh Dr. Warsito Purwotaruno. Beliau menyampaikan hasil risetnya di bidang Electromagnetic Capasitance Volume Tomography (ECVT) untuk mendeteksi kanker dalam tubuh manusia. Quotes yang sangat menginspirasi yang disampaikan dalam sesi ini adalah “to start something always important, but continuing to the end something that has been started is all needed to make all the efforts meaningful”.

Hari keempat hingga hari keenam: Kita adalah satu, satu adalah kita, untuk Indonesia
Hari keempat dan hari keenam merupakan hari-hari dimana kami sudah mulai terbiasa dengan kehidupan di PK. Pemateri yang inspiratif, teman-teman yang sangat antusias setiap sesi, dan panitia-panitia yang tidak kenal lelah mendampingi kami. Di hari keempat, kami mendapatkan kesempatan berharga untuk bisa sharing dengan bapak Arief Munandar, seorang trainer handal yang lulus studi doktoralnya dari bidang sosiologi politik dan sosiologi organisasi. Mungkin namanya sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang. Terlalu banyak inspirasi yang saya dapatkan dari beliau yang mungkin bisa menghabiskan berlembar-lembar halaman kertas A4. Singkat kata, pak Arief menyampaikan materi bertema Menuju pemimpin Baru yang Kontributif. People, transformation, and culture merupakan 3 kata kunci utama dalam kepemimpinan, namun sebelumnya seseorang harus bisa menjawab mengapa ia harus melakukan itu. Pak arief juga menyampaikan bahwa modal dasar seorang profesional sejati adalah kemampuan membangun trust and respect. Keduanya dibangun atas kombinasi kompetensi, kontribusi, dan kredibilitas. Sesi kedua di hari keempat, disampaikan materi mengenai pembinaan kesadaran bela negara untuk mewujudkan maritim Indonesia yang berdaulat. Bapak Laksamana Muda TNI (Purn) Husein Ibrahim MBA membangkitkan rasa nasionalisme para peserta dengan cerita-ceritanya mengenai rasa nasionalisme yang dimiliki oleh orang-orang terdahulu.
PK hari kelima merupakan hari paling seru, karena kami para peserta PK dibawa ke Lembang untuk melakukan outbond dengan tema unshakeable mental race. Dari games-games kecil yang dilakukan untuk memperkuat bonding kelompok, games besar seperti flying fox, rapling, double rope, dan human jump yang memperkuat rasa kepercayaan diri kita, hingga paint ball, games yang menguji kakuatan bonding kelompok dan keyakinan diri untuk berjuang mendapatkan kemenangan. Outbond yang sudah dilalui ini keseruannya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Satu hal yang pasti, saya bangga masuk ke kelompok dr. Soetomo. Kami pun mendapatkan predikat sebagai kelompok terbaik Outbond PK-22.
Hari keenam merupakan hari terakhir kami mendapatkan materi indoor. Sesi pertama, kami mendapatkan kesempatan untuk berbagi dengan penulis buku 99 Cahaya di Langit Eropa, Rangga Almahendra dan Hanum Rais. Mereka berbagi mengenai pengalaman hidup di luar negeri melalui materi yang berjudul Produktif dan Prestatif di Luar Negeri. Berdasarkan pengalamannya hidup di luar negeri, ia menilai Indonesia bukannya sebagai negara miskin atau negara berkembang, namun negara yang tidak ter-manage dengan baik. Karena Indonesia memiliki sumber daya yang sangat melimpah, termasuk sumber daya manusianya. Mas Rangga juga menyampaikan tips-tips untuk tinggal di luar negeri. Beliau menyatakan bahwa seseorang dikenal karena karyanya dan profesionalisme yang ia miliki, bukan karena identitas eksternalnya seperti hijab atau warna kulit. Jadi pesannya adalah tunjukkanlah performa yang terbaik dari diri kita, tidak perlu takut terhadap stigma mengenai hijab atau warna kulit atau bahkan asal negara kita. Sesi selanjutnya adalah mengenai Mekanisme Pencairan Keuangan Beasiswa Pendidikan Indonesia yang disampaikan oleh bapak Lukmanul Hakim dan Ratna Prabandarie. Sesi ini merupakan sesi yang membahasa segala tetek bengek teknis di LPDP. Para peserta pun sangat antusias dengan sesi ini. Sesi materi terakhir di PK 22 adalah Refleksi Merah Putih yang dibawakan okeh bapak Fahrizal Muhammad. Sesi ini dibawakan dengan sangat khidmat. Kami para peserta dibawa ke dalam suasana nasionalisme yang sangat kental dengan ditunjukkan betapa indahnya alam Indonesia ini namun nasib masyarakat Indonesia yang masih menyedihkan. Ia menyampaikan keadaan Indonesai dalam satu rumusan 3T: Tidurnya sarjana, tidurnya lahan, dan tidurnya dana. Kemudian kami semua dibawa untuk merefleksikan apa yang sudah dan akan kami lakukan untuk Indonesia, bahwa Indonesia membutuhkan orang-orang seperti kami. Kami diajak menyanyikan lagu Indonesia Pusaka dan berjanji di hadapan sang Merah Putih.

Hari ketujuh: Drama Musikal yang tidak akan pernah dilupakan
Hari ketujuh merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu. Bukan karena akan berakhirnya PK ini, namun karena di sini kami diberikan kesempatan untuk menunjukkan pertunjukkan terbaik dari angkatan kami. Konsep yang dibuat oleh mbak Fitria begitu matang yang dibantu eksekusinya oleh seluruh peserta PK-22. Kami mengerahkan seluruh kekuatan kami sebagai pemain, penari, penyanyi, pemain musik, dan pekerja di belakang layar untuk memberikan pertunjukan fantastik yang telah kami siapkan selama 3 minggu. Dan ternyata, minimnya waktu persiapan tidak membuat kami lantas patah semangat, dan hal itu dibuktikan dengan terorganisirnya drama musikal ini dengan baik. Berawal dari cerita mengenai ande-ande lumut dan para klenting, kami mengenalkan budaya nusantara melalui berbagai tarian dan nyanyian daerah yang dinyanyikan secara live oleh paduan suara hebat yang kami miliki dan kemudian ditutup dengan flash mob satu angkatan dan pelepasan confetti yang waktunya sangat tepat.


Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan saya saat ini. Bertemu dengan orang-orang hebat dari berbagai profesi yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia, membuat saya menyadari bahwa Indoensia tidak perlu takut kekurangan calon pemimpin hebat di masa depan. Saya memutuskan menjadikan PK ini sebagai momentum titik balik saya dari orang yang awalnya masih berpikir untuk diri sendiri menjadi orang yang akan lebih berkontributif untuk bangsa ini. Saya bangga menjadi bagian dari kelompok 2 dr. Soetomo. Saya bangga menjadi bagian dari PK angkatan 22. Saya bangga menjadi bagian keluarga LPDP. Dan saya bangga menjadi Bangsa Indonesia.


Sunday 10 February 2013

Problem-Based Learning, sebagai Solusi Paradigma Baru Pendidikan di Indonesia


Tell me, I will forget
Show me, I may remember
Involve me, and I will understand

Begitulah bunyi pepatah Cina yang bisa menggambarkan tentang bagaimana proses belajar dan mengajar berjalan seharusnya. Saat ini sudah bukan lagi zamannya pendidikan satu arah, dimana seorang dosen atau guru berdiri di tengah kelas memberikan materi  di depan puluhan, bahkan ratusan murid. Sesuai pepatah Cina tersebut, murid akan melupakan apa yang hanya ditangkap oleh indera pendengaran mereka dan mungkin akan mengingat jika mereka melihat apa yang diajarkan pada mereka. Namun, pada saat seorang guru melibatkan muridnya untuk berpikir dan menyelesaikan masalah bersama, hal itu akan melibatkan semua indera mereka. Maka pada saat itulah murid akan memahami apa yang sebenarnya mereka pelajari. Bukan hanya mengingat dan menghapalnya, tapi memahaminya.
Saat ini paradigma tentang pendidikan mulai bergeser dari pembelajaran yang berpusat pada pengajar (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada murid (student-centered learning). Perubahan tersebut terjadi karena didorong oleh hasil analisis mutakhir yang menunjukkan bahwa sistem yang dianut tidak lagi memberi hasil atau  keuntungan yang memuaskan. Sistem pembelajaran student-centered menekankan pada minat, kebutuhan dan kemampuan individu, menjanjikan model belajar yang dapat menggali motivasi intrinsik untuk membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Student-centered learning adalah suatu langkah untuk mengembalikan cara belajar ke proses belajar alami dari setiap manusia karena setiap manusia memiliki keunikan sendiri dalam belajar. Dengan menerapkan konsep ini, sebagian beban untuk mempersiapkan serta mengkomunikasikan materi berpindah ke peserta didik, yang mana mereka juga harus berperan secara aktif  (active-learning). Salah satu metode belajar yang alamiah dan mengacu pada keunikan individu yang perlu dikembangkan adalah Problem Based Learning (PBL).
Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah, pertama kali dikembangkan oleh Howard Barrows di McMaster University’s Faculty of Health Sciences, Canada pada tahun 1969. PBL merupakan sebuah metode pembelajaran yang menggunakan kasus atau masalah sebagai pemicu untuk mendorong proses belajar.
Prinsip PBL adalah menggunakan masalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. PBL mengharuskan mahasiswa untuk sadar terhadap informasi apa yang mereka punya tentang masalah yang diberikan, informasi apa yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan permasalahan, dan strategi apa yang mereka gunakan untuk menyelesaikan masalah.
Metode PBL mengedepankan pembelajaran grup/kerja grup (groupwork). Berdasarkan sebuah penelitian tentang persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran melalui grup kecil, ada 4 karakter yang dibutuhkan dalam mewujudkan grup yang efektif: 1. Karakteristik tutor; 2. Atmosfir grup; 3. Integrasi dan relevansi klinis (atau dengan kasus-kasus dalam kehidupan nyata); 4. Materi yang dapat mendorong untuk berpikir bebas dan kritis serta mendorong untuk menyelesaikan masalah. Keempat elemen itulah yang akan menentukan keberhasilan implementasi PBL pada sebuah universitas.
Meskipun PBL pertama kali diadaptasi oleh sekolah kedokteran, saat ini penggunaan PBL telah meluas hingga ke bidang studi lain, seperti matematika, hukum, ekonomi, bisnis, teknik, dan sebagainya. Pada kalangan pendidikan tinggi kedokteran Indonesia sendiri, penerapan PBL tersebut berbeda-beda, ada yang mengadopsinya secara utuh, sebagian, atau bahkan tidak sama sekali.
Pernah dilakukan sebuah penelitian di salah satu universitas di Turki mengenai kelebihan dan kekurangan penerapan PBL di departemen teknik tahun 2006-2007 lalu. Saat itu departemen teknik telah mengimplementasikan PBL selama 4-5 tahun. Peserta dari penelitian tersebut adalah tutor dan murid yang diobservasi, diwawancara, dan diberikan kuesioner mengenai program PBL.  Kelebihan PBL yang banyak diakui oleh murid dan tutor adalah peningkatan kemampuan komunikasi mereka. Selain kemampuan komunikasi, murid-murid di sana juga memperoleh kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan belajar mandiri, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan kolaborasi. Dengan penggunaan PBL, murid-murid di sana juga bisa mendapatkan pandangan sebagai seorang insinyur dan mendapatkan percaya diri dalam tutorial.
Dalam pelaksanaannya, PBL pun masih memiliki beberapa kelemahan. Masalah yang paling dikeluhkan oleh murid-murid adalahberbedanya implementasi PBL dari setiap tutor. Masing-masing tutor memiliki sikap dan perilaku yang berbeda terhadap PBL sehingga menghasilkan dinamika grup yang berbeda antara masing-masing grup diskusi. Masih ada tutor yang tidak efisien, memiliki sikap yang negatif terhadap metode PBL, ataupun tidak menyiapkan sesi dengan baik. Kelemahan yang dirasakan juga adalah belum adanya prosedur standar tentang evaluasi program yang digunakan oleh tutor untuk menilai murid-murid dalam grupnya. Penerapan PBL juga diakui membawa murid-murid pada keadaan stres yang lebih tinggi karena kurikulum yang padat dan banyaknya ujian yang harus mereka tempuh.
Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh metode ini, pernah dilakukan penelitian mengenai kepuasan mahasiswa terhadap metode PBL di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran tahun 2010 lalu. Sebanyak 74,16% mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran merasa cukup puas dengan penerapan PBL.
PBL merupakan salah satu solusi untuk mengakomodasi pergeseran paradigma pendidikan di Indonesia. Namun, PBL akan sulit diterapkan, kecuali ada pemahaman yang baik, baik dari tutor maupun murid, tentang peran, kelebihan, dan proses pembelajaran PBL itu sendiri. 
ANDA SIBUK BEKERJA?, SEGERA GABUNG DI KELAS KARYAWAN UNIVERSITAS MERCU BUANA

Bapak “Empat Sehat Lima Sempurna”


Slogan “Empat Sehat Lima Sempurna” sudah pasti sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia. Meskipun saat ini slogan tersebut telah berganti menjadi “Gizi Seimbang”, slogan “Empat Sehat Lima Sempurna” menandakan awal perkembangan ilmu gizi di Indonesia. Slogan tersebut dicetuskan oleh (alm) Prof. Dr. Poorwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia. Beliau diakui sebagai Bapak Gizi Indonesia oleh PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) pada tahun 1969. Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa Prof. Dr. Poorwo Soedomo adalah Bapak Gizi Indonesia. Beliau adalah orang pertama yang memperkenalkan, merintis, dan mengembangkan pengetahuan tentang gizi dan ketenagaan gizi  di Indonesia. 
Lahir di Malang pada tanggal 20 Februari 1904, Prof. Dr. Poorwo Soedarmo menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Kedokteran STOVIA 23 tahun kemudian dan mendapat ijazah dokter di zaman Jepang dari Ida Gaigako. Selama pendudukan Jepang, beliau tinggal di Banten, Jakarta Barat. Ia bekerja sebagai kepala pelayanan medis hingga tahun 1948. Kemudian beliau dikeluarkan pada masa-masa kemerdekaan Indonesia dan pergi sebagai dokter kapal “Polodarus”. Beliau berlayar ke Belanda selama 6 bulan, kemudian menuju London pada tahun 1949. Di London lah ketertarikan Prof. Dr. Poorwo Soedarmo terhadap bidang nutrisi mulai muncul. Di London School of Hygiene and Tropical Medicine, beliau melakukan studi tentang malaria dan peran DDT untuk mengontrol malaria bersama Prof. McDonald. Dan pada saat itu pula beliau menunjukan ketertarikannya dalam bidang nutrisi bersama Profesor Platt. Pada tahun 1950, beliau memperdalam ilmu gizinya di Institute of Nutrtition, Manila. 


Prof. Dr. Poorwo Soedarmo

Setelah kembali ke Indonesia, Prof. Dr. Poorwo Soedarmo mendirikan Akademi Ahli Diit dan Nutrisionis, yang kemudian menjadi Akademi Gizi, dengan bantuan ahli gizi Belanda. Beliau kemudian diangkat oleh menteri kesehatan saat itu, almarhum dokter J. Leimena untuk menjadi Direktur Lembaga Makanan Rakyat (LMR), yang saat ini menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi (Puslitbang Gizi), dan menjabat dari tahun 1950–1958. Pada tahun 1950-an inilah slogan empat sehat lima sempurna digagaskan oleh beliau. Melalui slogan ini, Prof. Dr. Poorwo Soedarmo, dengan Lembaga Makanan Rakyat-nya, mempopulerkan gizi secara praktis untuk membuat masyarakat dan pemerintah Indonesia sadar gizi.
Seolah tak ingin berhenti belajar, pada tahun 1954–1955, beliau memperdalam ilmunya di School of Public Health and Nutrition, Harvard University. Prof. Dr. Poorwo Soedarmo juga menjadi orang pertama yang memperkenalkan ilmu Home Economics, atau yang saat ini dikenal dengan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, di Indonesia pada tahun 1957. Pada tahun 1958, beliau menjadi guru besar pertama Ilmu Gizi di FKUI dan membuka bagian ilmu gizi pertama di FKUI. Pada tahun 1960, ia mendalami bidang gizi di Institute of Nutrition Sciences, Columbia University, New York. Dan karena kontribusinya yang sangat besar dalam memperjuangkan ilmu gizi, beliau ditetapkan oleh PERSAGI dalam Kongres I PERSAGI tahun 1967 sebagai Bapak Gizi Indonesia. Prof. Dr. Poorwo Soedarmo juga mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dalam ilmu kedokteran FKUI pada tahun 1975. Setelahnya, banyak penghargaan yang menghampiri ayah dari delapan anak ini, yang salah satunya adalah Prof. Dr. dr. Soemarmo Soenarjo Poorwo Soedarmo,SpA. Penghargaan-penghargaan tersebut antara lain penghargaan dari pemerintah tahun 1992, yaitu Bintang Mahaputra Utama atas jasanya mengembangkan gizi, dan piagam penghargaan Ksatria Bakti Husada Kelas I pada tahun 1993.
Kiprahnya tidak berakhir di situ. Pada April 1999, Prof. Dr. Poorwo sempat memberikan seminar tentang hidup sehat dan aktif di usia lanjut. Saat itu, beliau yang sudah berusia 95 tahun terlihat masih sehat, penuh semangat, dan berjalan tegak. Beliau memaparkan rahasia hidup sehatnya, yaitu rajin berolahraga sesuai kemampuan, aktif berkegiatan, serta makan secara sehat dan teratur. Beliau menganjurkan masyarakat untuk menikmati semua makanan, namun dikonsumsi secara minimal. Beliau juga menyarankan untuk banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, sedikit karbohidrat, dan hindari lemak.
Pada tanggal 13 Maret 2003 hari Kamis, Prof. Dr. Poorwo Soedarmo menghembuskan napas terakhirnya dalam usia 99 tahun pukul 17.45 dan dikebumikan pada hari Jumat pukul 13.30 di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, dengan inspektur upacara Menteri Kesehatan saat itu, Achmad Sujudi.

Thursday 10 January 2013

Françoise Barré-Sinoussi, Penemu Virus HIV



Jika mendengar kata HIV, semua orang pasti akan langsung tertuju pada sebuah penyakit yang bernama AIDS. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus ini menyerang sistem pertahanan tubuh manusia sehingga menurunkan reaksi tubuh terhadap penyakit-penyakit. Oleh karena itu, orang yang sudah terinfeksi virus HIV biasanya akan mudah untuk terkena penyakit karena pertahanan tubuhnya sudah rusak.

Dialah Françoise Barré-Sinoussi,  seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis berusia 65 tahun, yang pada tahun 2008 lalu menerima anugerah nobel dalam bidang kedokteran atas penemuannya terhadap sebuah virus yang bernama HIV. Anak dari pasangan Roger Sinoussi dan Jeanine Fau, sudah memulai penelitiannya tentang virus ini dari tahun 1983. Penemuannya berawal dari ketertarikannya terhadap penellitian. Setelah kebingungannya terhadap masa depan apa yang akan ia jalani, antara dunia kedokteran atau biomedis, ia akhirnya memilih untuk memasuki Faculty of Sciences pada tahun 1966, University of Paris. Selain karena durasi pendidikan yang relatif lebih pendek, biaya pendidikan yang lebih murah juga menjadi pertimbangannya. Menjelang akhir pendidikannya, ia mencari laboratorium untuk mendapatkan pengalaman. Setelah beberapa bulan pencariannya tidak menelurkan hasil, akhirnya seorang teman mengenalkannya pada sebuah grup yang bekerja dalam laboratorium. Grup tersebut dipimpin oleh Jean-Claude Chermann di Institut Pasteur di Marne-la-Coquette. Saat itu Chermann sedang mempelajari hubungan antara retrovirus dengan kanker pada tikus. Barre-Sinoussi menghabiskan waktunya lebih banyak di laboratorium dan hanya menunjukkan kehadiran di kampus untuk melakukan ujian. Sesaat setelah masuk ke dalam grup Chermann, Jean-Claude menawarkannya sebuah proyek PhD. Proyeknya untuk menganalisis kegunaan sintesis molekul yang dapat menghambat reverse transcriptase untuk mengontrol leukemia yang disebabkan oleh Friend virus. Barre-Sinoussi menyelesaikan pendidikannya relatif cepat. Ia dianugerahi gelar PhD di tahun 1974 oleh Faculty of Sciences, University of Paris.


Françoise Barré-Sinoussi

Pada akhir 70-an dan awal 80-an, hanya sedikit grup laboratorium yang masih meneliti tentang hubungan antara retrovirus dan kanker. Pada tahun tersebut, lebih banyak orang yang tertarik untuk meneliti onkogen atau gen yang memiliki potensi untuk mengakibatkan kanker. Namun pada saat itu, Barre-Sinoussi tetap meneliti mengenai kontrol alamiah infeksi retroviral pada tubuh manusia. Pada tahun 1982, Luc Montaginer, seorang ilmuwan, dihubungi oleh seorang ahli virologi asal Prancis. Ahli virologi tersebut bekerja sama dengan Will Rozenbaum, seorang klinisi yang menyadari adanya epidemiologi penyakit baru yang menyerang orang-orang homoseksual. Luc kemudian mengajak Barre-Sinoussi untuk bekerja sama meneliti fenomena baru ini. Luc membutuhkan bantuan Barre-Sinoussi untuk menentukan apakah retrovirus yang sedang ditelitinya dengan timnya memiliki pengaruh pada penyakit yang baru-baru itu muncul. Setelah mendapatkan persetujuan dari ketua timnya, akhirnya mereka bekerja dengan tekun untuk menentukan apakah retrovirus ditemukan pada pasien dengan penyakit baru tersebut (yang kemudian dikenal dengan AIDS).
Pada bulan desember 1982, diadakanlah pertemuan antara klinisi, grup tempat Barre-Sinoussi bekerja, dan Willy Rozenbaum. Berdasarkan observasi klinis, penyakit ini menyerang sel imun, namun turunnya kadar limfosit CD4 (sel pertahanan tubuh) sangat menghambat isolasi virus dari sel-sel yang jarang pada pasien dengan AIDS. Setelah menunggu isolasi limfosit dari biopsi kelenjar getah bening pasien, sel-sel itu dites untuk aktivitas reverse trancriptase. Pada minggu pertama, tidak terlihat adanya aktivitas virus, namun pada minggu kedua, terjadi penurunan level dari enzim tersebut dan sel limfosit T mati pada kultur tersebut. Untuk menyelamatkan kultur, dengan harapan dapat mengawetkan virus, mereka menambahkan limfosit dari donor ke kultur. Dan ternyata sesuai harapan, virus yang masih terdapat pada kultur, mulai menginfeksi limfosit baru yang mereka tambahkan dan mereka dapat kembali mendeteksi aktivitas reverse transkriptase. Mereka menamakan virus yang baru diisolasi tersebut sebagai Lymphadenopaty Associated Virus (LAV), yang kemudian dinamakan Human Immunodeficiency Virus, HIV. Setelah itu mereka berpikir untuk memvisualisasikan virus tersebut dan dengan bantuan mikroskop dari Charles Dauguet, gambaran awal dari virus diterbitkan pada februari 1983.
Virus yang telah ditemukan kemudian diisolasi, diamplifikasi (diperbanyak), dan dikarakteristikan. Kemudian laporan pertama diterbitkan dalam Science pada bulan Mei 1983.  Pada bulan-bulan berikutnya, penelitian mengenai virus ini diperdalam, melalui kerja sama dengan ahli biologi molekular dari institute Pasteur, beserta klinisi-klinisi, akhirnya data-data yang terkumpul cukup menguatkan bahwa LAV atau HIV merupakan agen penyebab AIDS.
Tahun 1983 merupakan awal karir Barre-Sinoussi di institut Pasteur sampai akhirnya beliau ditunjuk untuk menjadi Kepala Unit Biologi Retrovirus pada tahun 1992, yang kemudian berubah nama menjadi Unit Regulasi Infeksi Retroviral pada tahun 2005.  Kunjungan pertamanya adalah ke Afrika pada tahun 1987, kemudian ke Vietnam tahun 1988 sebagai langkah awal kolaborasi dengan negara-negara di Asia. Kunjungan tersebut membuka matanya, betapa perbedaan kebudayaan dan keadaan yang mengerikan, menggerakannya untuk berkolaborasi dengan negara yang memiliki sumber daya terbatas. Kerjasama dengan Afrika dan Asia ke depannya menghasilkan pertukaran peneliti muda dari berbagai belahan dunia dengan peneliti dari Paris.
Pada tanggal 27 Juli 2012, The International AIDS Society (IAS) dalam International AIDS Conference (AIDS 2012) di Washington, D.C mengumumkan Françoise Barré-Sinoussi, PhD, ditunjuk sebagai presiden AIS yang baru selama 2 tahun.
Dalam kuliah nobelnya tahun 2008 yang berjudul “HIV: a discovery opening the road to novel scientific achievements and global health improvement”, ia menyampaikan bahwa sekitar 33 juta manusia hidup dengan HIV pada akhir tahun 2007, yang mana terdapat 2,7 juta kasus baru dan 2 juta manusia meninggal karena AIDS pada tahun sebelumnya. Untuk setiap 1 orang yang memulai pengobatannya dengan ARV (Anti Retroviral), terdapat 2–3 kasus infeksi HIV baru. Hanya 30% dari pasien yang seharusnya mendapatkan pengobatan, yang benar-benar menerimanya. Pengobatan dengan ARV memang besar dampaknya dalam peningkatan angka pertahanan, namun hal tersebut juga dipengaruhi dengan komitmen seumur hidup, yang berhubungan dengan ekonomi, dan komplikasi dari penyakit-penyakitnya. Maka dari itu, penelitian terhadap HIV masih harus berlanjut untuk menemukan terapi yang tempat pada penderita HIV. Prof Francoise Barre-Sinoussi yakin bahwa penyembuhan dari penyakit AIDS bukan tidak mungkin.
Untuk mewujudkan cita-cita sebuah dunia tanpa AIDS dan kesehatan global yang lebih baik, maka diperlukan kerjasama internasional dan multidisiplin, melibatkan penelitian dasar, penelitian klinis, kesehatan masyarakat, ilmu sosial, sektor swasta, dan sebagainya.

Putri Zulmiyusrini
Dokter Internship
(tulisan ini dimuat dalam rubrik Eureka! koran Pikiran Rakyat tanggal 3 Januari 2013)


Wednesday 26 September 2012

World Heart Day: One World, One Home, One Heart


Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari 4 besar penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab kematian dan kesakitan di dunia. Penyakit yang melibatkan jantung dan pembuluh darah ini bertanggung jawab atas lebih dari 17,3 juta kematian per tahunnya. Kira-kira 10% beban penyakit dunia dikaitkan dengan penyakit ini. Dari lebih dari 17,3 juta kematian karena kardiovaskular pada tahun 2008, serangan jantung menjadi tersangka untuk 7,3 juta kematian dan stroke untuk 6,2 juta kematian. Delapan puluh persen kejadian penyakit kardiovaskular terjadi di negara dengan pendapatan rendah dan menengah, salah satunya adalah Indonesia.Pada tahun 2030, diperkirakan ada 23 juta orang mati akibat penyakit kardiovaskular setiap tahunnya atau kurang lebih sepersepuluh dari total penduduk Indonesia sekarang.
Penyakit kardiovaskular merupakan sekumpulan kelainan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk jantung, pembuluh darah di otak, dan penyakit pembuluh darah lainnya. Jantung merupakan organ yang sangat vital bagi keberlangsungan hidup seseorang dan terletak di dalam ringga dada. Jantung manusia berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan pemiliknya. Jantung berfungsi untuk memompa darah, baik ke paru-paru untuk mengangkut oksigen, maupun ke seluruh tubuh untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi ke jaringan. Jantung bekerja tanpa perintah otak secara sadar. Kita tidak mengendalikan jantung secara sadar, sebagaimana kita mengatur tangan untuk bergerak dan kaki untuk berlari. Jantung bekerja secara otomatis dan diatur oleh serabut saraf otonom yang terdiri atas simpatis dan parasimpatis. Jantung juga memiliki sistem penghantaran impuls yang berbeda dengan organ tubuh lainnya. Jantung dapat merangsang dirinya sendiri untuk mengalirkan listrik yang nantinya berguna untuk menggerakkan otot-otot jantung.


Penyakit kardiovaskular terjadi karena adanya kombinasi dari faktor-faktor risiko, baik dari perilaku maupun metabolisme, yang bekerja secara sinergis satu sama lain. Terdapat empat faktor perilaku yang paling mendominasi dari terjadinya penyakit kardovaskular, yaitu penggunaan rokok, kegiatan fisik yang tidak aktif, diet yang tidak sehat, dan penggunaan alkohol. Sedangkan faktor metabolisme yang menjadi penyebab terjadinya kelainan kardiovaskular, antara lain hipertensi, diabetes, kolesterol, dan obesitas. Keadaan tersebut jika terjadi terus menerus, tanpa adanya usaha perbaikan dari si penderita, dapat memicu terjadinya penyakit kardiovaskular.
Saat ini, penyakit kardiovaskular menjadi perhatian global, hingga Badan Kesehatan Dunia atau WHO membuat program untuk untuk mencegah, mengatur, dan memonitor perkembangan penyakit kardiovaskular. Tujuannya adalah untuk membangun strategi global dalam menurunkan insidensi kesakitan dan kematian akibat penyakit kardiovaskular, dengan cara menurunkan faktor risiko secara efektif dan faktor terkait lainnya, membangun pelayanan kesehatan yang efektif dan adil, serta memonitor kejadian penyakit kardiovaskular.
Tanggal 29 September 2012 nanti akan diperingati sebagai World Heart Day yang pada tahun ini bertema One World, One Home, One Heart. World Heart Federation pada tahun ini akan lebih berfokus pada pencegahan penyakit kardiovaskular di antara wanita dan anak-anak. Jangan dikira penyakit ini hanya menyerang laki-laki tua yang kaya. Penyakit ini mempengaruhi wanita sama halnya dengan laki-laki. Faktanya, penyakit jantung adalah pembunuh nomer 1 wanita, menyebabkan 1 dari 3 kematian wanita. Anak-anak juga menderita akibat penyakit jantung dan stroke secara tidak langsung. Mereka akan merasa terluka secara emosional saat memperhatikan orang-orang yang mereka sayangi menderita atau bahkan meninggal akibat penyakit ini. Selain itu, gaya hidup modern yang saat ini ditawarkan pada anak-anak dapat menjadi faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Makanan yang tinggi kalori, kegiatan sehari-hari yang kurang aktif, dan menjadi perokok pasif dalam keluarga, dapat menjadikan anak-anak ini sebagai target penyakit kardiovaskular di masa mendatang.
Sebagai seorang individu, hal yang bisa kita lakukan dalam menurunkan insidensi kejadian penyakit kardiovaskular adalah dengan memodifikasi gaya hidup. Bahkan faktor metabolisme yang menjadi pendukung terjadinya penyakit kardiovaskular juga berasal dari gaya hidup tidak sehat yang dipertahankan dalam waktu yang lama. Berikut adalah gaya hidup yang bisa dimodifikasi oleh seseorang untuk mendapatkan kehidupan yang bebas dari ancaman penyakit kardiovaskular.
1.      Menjalani kehidupan yang lebih aktif
Kegiatan sehari-hari yang tidak aktif menyebabkan 6 persen kematian di dunia. Hal ini dapat menyebabkan tubuh menumpuk makanan tanpa dibakar sehingga menyebabkan obesitas. Lemak yang berkumpul di dalam tubuh tersebut suatu saat akan menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga aliran darah dalam tubuh berjalan dengan tidak lancar. Saat hal itu terjadi, jantung akan bekerja dengan lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Beban yang diberikan pada jantung suatu saat akan membuat jantung lelah dan munculah hal-hal yang berkaitan dengan masalah pada jantung. Untuk itu menjalani aktivitas fisik rutin seperti berolahraga menjadi salah satu solusi untuk menghindari kehidupan yang sedentary. Kita hanya membutuhkan 30 menit dalam sehari untuk berolahraga selama 5 hari dalam seminggu untuk menurunkan risiko kejadian penyakit jantung dan stroke. Bagi orang-orang yang sibuk dan tidak sempat berolahraga pun tidak perlu khawatir, karena aktivitas yang dimaksud di sini tidak hanya berolahraga. Berjalan atau bersepeda saat pergi ke tempat kerja juga dapat menjadi solusi untuk mencapai kehidupan yang lebih aktif. Bagi para ibu bisa mengajak anaknya untuk beraktivitas bersama, seperti membantu menyiram kebun atau bersih-bersih rumah.

2.      Makanlah makanan yang sehat
Semakin ke sini, makanan yang beredar tidak jauh-jauh dari makanan tinggi gula dan lemak jenuh, seperti es krim, cokelat, daging, dan produk hasil olahan susu. Sepertinya akan sangat sulit untuk berhenti memakan jenis makanan tersebut, karena tidak dipungkiri bahwa rasanya memang enak. Namun, kita bisa mengurangi porsinya dan memperbanyak buah dan sayur untuk memenuhi kebutuhan gula secara alami. Makanlah paling sedikit 5 porsi buah dan sayur dalam sehari dan kurangi penggunaan garam hingga kurang dari 1 sendok teh per hari. Hal itu dapat mengurangi kejadian serangan jantung dan stroke. Bagi para ibu, buatlah makanan yang sehat untuk anak-anak mereka. Membuat makanan yang lebih berwarna-warni dan melibatkan mereka dalam kegiatan memasak mungkin dapat menjadi salah satu solusinya.

3.      Say “no” to rokok
Satu dari setiap perokok akan mati karena penyakit yang berhubungan dengan rokok. Namun, sangat disayangkan, dari hari ke hari semakin banyak anak-anak dan remaja yang terpapar dengan rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif. Perokok pasif membunuh lebih dari 600.000 non perokok setiap tahunnya, termasuk anak-anak. Sangat penting bagi para perokok untuk mementingkan bukan hanya dirinya sendiri, melainkan juga keluarganya. Bukan hanya asap yang dapat membunuh satu per satu keluarganya, tapi kebiasaannya juga dapat menjadi contoh bagi anak-anak mereka. Mulailah berhenti merokok demi masa depan keluarga. Jika sulit untuk berhenti, kunjungilah pelayanan kesehatan atau mintalah bantuan dari rekan kerja untuk program berhenti merokok.

4.      Kenalilah diri Kita
Mengenali diri kita sendiri, bukan hanya mengenali apa keinginan kita, tapi juga mengenali kesehatan diri kita. Sediakan waktu untuk melakukan pemeriksaan secara rutin, minimal untuk mengetahui tekanan darah, berat badan, indeks massa tubuh (IMT), dan kadar gula serta kolesterol dalam darah. Jika kita mengetahui risiko penyakit kardiovaskular secara menyeluruh, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menyusun rencana dalam meningkatkan kesehatan jantung.

Tindakan segera sangat diperlukan untuk melindungi kesehatan jantung bagi wanita dan anak-anak. Dengan adanya peringatan World Heart Day setiap tahunnya, mari kita jadikan hal ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki kesehatan tubuh, terutama jantung, dari hari ke hari dan menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Sayangilah jantung Anda!

Thursday 20 September 2012

Keith L. Moore, Seorang Ilmuwan yang Menginterpretasikan Embriologi dalam Al-Qur’an


“You will remember some of what you hear; much of what you read; more of what you see, and almost all of what you experience and understand fully.”

Hal itu yang selalu ditekankan oleh Moore kemana pun ia pergi. Nama “Moore” mungkin sudah tak asing lagi bagi mahasiswa kedokteran. Namanya tercantum dalam buku teks anatomi dan embriologi yang dijual di toko buku - toko buku kedokteran. Orang awam mungkin tidak begitu mengenalnya. Dialah Keith L. Moore, yang memaparkan tahapan pembentukan manusia berdasarkan Al-Qur’an dengan begitu jelasnya dalam sebuah paper tentang interpretasinya terhadap Embriologi dalam Al-Qur’an. Lahir di Kanada 87 tahun yang lalu, Moore merupakan anak keempat dari 5 bersaudara. Ayahnya, yang seorang pendeta, dan ibunya, yang seorang pianis, sepakat bahwa Moore harus menjalani pendidikan hingga universitas. Ia pernah bergabung dengan Angkatan Laut Kanada pada tahun 1944 dan menjadi paramedis di sana. Saat itu, ia menjadi satu-satunya orang yang mengerti medis. Untungnya, ia sempat dilatih untuk menangani beberapa penyakit dan luka ringan. Pada tahun 1946, ia keluar dari angkatan laut dan memasuki University of Western Ontario di London, Ontario. Awalnya ia mengambil mata pelajaran umum, yang merupakan gabungan dari seni dan sains. Namun, akhirnya ia menyadari bahwa keinginannya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih ilmiah mendominasi sehingga ia mengambil subjek sains lebih banyak pada mata kuliahnya. Ia lulus dengan  gelar Bachelor of Arts (B.A.) pada tahun 1949 kemudian ia mengambil master dalam bidang anatomi pada tahun 1951 dan mendapatkan gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) dalam bidang anatomi mikroskopik pada tahun 1954. Pada tahun 1956, ia ditunjuk sebagai asisten profesor departemen anatomi dan pada tahun 1965 ia menjadi kepala departemen di Faculties of Medicine and Dentistry University of Manitoba, Manitoba, Canada. Setelah mendapatkan gelar doktoralnya, Moore lebih sering melakukan penelitian mengenai kromatin sex pada manusia dan mendalami bidang embriologi. Hingga saat ini ia sudah mempublikasikan 60 paper ilmiah berdasarkan penelitian yang dilakukannya. Ia juga menjadi penulis senior untuk 14 buku teks dalam bidang anatomi, embriologi, sitologi, dan neuroanatomi. Buku yang terkenal di kalangan mahasiswa kedokteran berjudul Clinically Oriented Anatomy, yang saat ini sudah memasuki edisi ke 6-nya, dan buku The Developing Human, Clinically Oriented Embryology, yang sudah diterjemahkan ke dalam 14 bahasa. Moore sudah mengumpulkan banyak penghargaan hingga tahun ke 60 ia berkecimpung di bidang Anatomi dan mendapatkan gelar anggota kehormatan dari American Association of Clinical Anatomists (AACA).
            Istri sekaligus sahabatnya selama 57 tahun, Marion, menjadi partner yang luar biasa hebat. Ia yang mengetikkan naskah untuk sebagian besar publikasi dan buku yang akan diterbitkan, sekaligus menjadi reviewer untuk semua naskah yang Moore punya. Ia memberikan masukan-masukan dan siap mengkritik jika Moore membuat kesalahan. Ia memiliki selera humor yang baik, yang selalu membuat Moore merindukannya. Saat ini mereka dikarunia 5 anak.
Keith L. Moore

Moore, Embriologi, dan Al-Qur’an
            Moore memberikan kuliah tentang embriologi dalam Al-Quran yang disampaikan di University of Illinoi, Chicago, USA pada 8 Mei 1990. Di situ beliau menjelaskan tentang hubungan penjelasan di Al-Quran tentang penciptaan manusia dengan embriologi modern yang ia pelajari selama ini. Empat tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 1986, Moore mengeluarkan paper yang berjudul A Scientist’s Interpretation of References to Embryology in Al-Qur’an dalam Journal of the Islamic Medical Association. Menurutnya, ketertarikan terhadap penjelasan makna-makna di Al-Qur’an bukan hal yang baru. Orang-orang terdahulu juga bertanya kepada Muhammad SAW tentang makna dari ayat-ayat yang mencantumkan tentang reproduksi manusia.
            Interpretasi yang ia sampaikan dalam papernya berdasarkan terjemahan Al-Qur’an oleh Sheikh Abdul Majid Zendani, seorang profesor Studi Islam di King Abdulaziz University, Jeddah, Saudi Arabia. Dalam papernya, ia menjelaskan tentang penciptaan manusia yang tercantum pada surat Al-Mu’minun ayat 13 dan 14 serta Az-Zumar ayat 6 yang membahas tentang 3 kegelapan.
            Lahir di keluarga bukan Islam, Moore mempelajari tentang sistem pengklasifikasian embrio manusia dari Al-Qur’an. Ia menyatakan bahwa Aristoteles saja, yang merupakan pendiri dari ilmu embriologi, belum bisa menjelaskan tentang tahapan-tahapan embrio secara mendetail. Dalam konferensi medis ke tujuh yang dilakukan di Dammam, Saudi Arabia, tahun 1981, Professor Moore berkata bahwa ini adalah hal yang sangat membahagiakan baginya untuk membantu memperjelas pernyataan di Al-Qur’an tentang perkembangan manusia. Ia yakin bahwa pernyataan ini datang kepada Muhammad dari Tuhan, karena hampir dari semua pengetahuan ini tidak ditemukan hingga berabad-abad kemudian. Hal ini menjadi bukti baginya bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
            Apakah Moore akhirnya memeluk Islam? Sampai sekarang pernyataan itu masih sulit dijawab karena perkara ia menjadi seorang muslim atau tidak, menjadi urusannya dengan Tuhannya. Kita hanya bisa mengharapkan yang terbaik untuknya.

Ilmu Embriologi dalam Al-Qur’an


“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan nama Tuhanmulah yang Mahamulia.”
(Al-‘Alaq: 1-3)

Teori tentang penciptaan manusia sudah diperbincangkan sejak berabad-abad yang lalu. Namun, tentang bagaimana tahapan-tahapan yang terjadi dalam proses tersebut, tidak bisa diilustrasikan sampai abad ke 15. Setelah mikroskop ditemukan oleh Leeuwenhook, gambaran tentang pembentukan janin dipelajari dari anak ayam. Tahapan tentang perkembangan janin manusia sendiri baru bisa dijelaskan setelah abad ke 20 oleh sebuah sistem yang disampaikan oleh Streeter dan disempurnakan oleh O’Rahilly.
Tahukah kita bahwa sebenarnya ilmu penciptaan manusia sudah dijelaskan dari saat Al-Qur’an pertama kali diturunkan sekitar 1400 tahun yang lalu? Saat ini, penciptaan manusia dapat kita pelajari dari sebuah ilmu yang bernama embriologi. Sel manusia pertama kali tercipta saat sel sperma bertemu dengan sel ovum. Sel sperma dimiliki oleh laki-laki dan terbentuk dengan proses yang bernama spermatogonesis, sedangkan sel ovum dimiliki oleh wanita dan terbentuk dengan proses yang disebut oogenesis. Yang menjadi pembeda antara sel sperma dan sel ovum adalah waktu pembentukan dan jumlahnya. Sel sperma, yang dihasilkan oleh testis, baru dibentuk ketika laki-laki sudah memasuki masa pubertas dan membutuhkan siklus selama 64 hari untuk dihasilkan dari sel spermatogonia. Sel spermatogonia adalah bakal dari sel sperma. Spermatogonia sendiri sebenarnya sudah dibentuk pada saat masa janin, disimpan dalam tubulus seminiferus, dan jumlahnya akan semakin meningkat saat memasuki masa pubertas. Sama seperti spermatogonia, oogonia, yang menjadi bahan dasar sel ovum, juga dibentuk oleh ovarium dari saat sebelum seorang bayi lahir dan disimpan dalam bentuk sel oosit primer. Namun, yang menjadi pembeda antara ovum dengan sperma adalah tidak ada lagi sel oosit primer yang dibentuk saat seorang bayi perempuan telah lahir. Sel oosit primer, yang nantinya akan diubah menjadi ovum, hanya terdapat sekitar 2 juta sel saat seorang bayi baru lahir dan jumlahnya menyusut menjadi 40.000 saat seorang wanita memasuki masa remaja. Dari sekitar 40.000 sel, hanya 400 yang nantinya akan dikeluarkan menjadi ovum. Maka dari itu, wanita memiliki masa menopause, yaitu masa berhentinya siklus menstruasi yang terjadi karena oosit tidak lagi berubah menjadi ovum. Berbeda dengan sel oosit, sel spermatosit tetap dihasilkan bahkan sampai seorang laki-laki berusia tua karena sel spermatosit, sel yang nantinya diubah menjadi sperma, tetap dihasilkan terus menerus. Jumlah sel sperma yang dikeluarkan per harinya sekitar 100 juta.
Sel sperma dan sel ovum yang sudah matang tersebut lah yang jika bertemu akan membentuk sebuah zigot. Pada perjalanannya, zigot tersebut akan membelah beberapa kali, menjadi bentuk yang padat, hingga akhirnya terbentuk sebuah rongga yang bernama rongga blastokis. Pada saat itulah zigot disebut dengan blastokis dan menempel hingga akhirnya tertanam di endometrium (dinding rahim). Proses tertanamnya blastokis sampai nantinya membentuk sistem sirkulasi dengan sekitar disebut dengan proses implantasi dan berlangsung selama akhir dari minggu pertama hingga pertengahan minggu kedua. Endometrium merupakan tempat yang sangat sesuai untuk implantasi blastokis untuk nantinya tumbuh menjadi embrio.

Embriologi dalam Al-Qur’an
Al-‘Alaq, yang menjadi salah satu surat dalam Al-Quran, berarti segumpal darah. Dalam surat Al-Alaq ayat 2 diyatakan bahwa manusia diciptakan dari segumpal darah. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat.” Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah. Kata tersebut sesuai untuk menggambarkan zigot yang melekat pada dinding rahim ibu dengan kokohnya. Zigot tersebut akan membentuk sebuah sirkulasi darah untuk menghubungkan dirinya dengan tubuh ibu. Sistem sirkulasi tersebut yang berguna untuk menyampaikan nutrisi dari tubuh ibu ke calon anaknya nanti.
Dalam surat Al Mu’minun juga dijelaskan tentang penciptaan manusia yang lebih detail dibandingkan dalam surat Al-‘Alaq. Dalam surat Al-Mu’minun ayat 14 tertulis sebagai berikut: “Kemudian air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”
Dalam surat tersebut tertulis kata “Alaqah” yang menunjuk pada lintah. Lintah menghisap darah ketika menempel dengan kulit manusia. Bentuk embrio manusia yang berusia 7–24 hari saat melekat pada endometrium menyerupai bentuk lintah saat menempel pada kulit manusia. Kata “Mudghah” yang muncul berikutnya menunjuk pada gumpalan yang kenyal.  Pada akhir minggu keempat, embrio manusia terlihat seperti gumpalan daging yang kenyal. 



Pada keterangan berikutnya di Al-Quran, dinyatakan bahwa segumpal daging itu dijadikan tulang belulang dan kemudian tulang belulang itu dibungkus dengan daging. Hal ini mengindikasikan bahwa setelah tahapan “daging” itu terlewati, maka masuklah pada tahap pembentukan tulang dan otot. Tulang dan otot sama-sama berasal dari mesoderm, salah satu lapisan yang menjadi awal pembentukan jaringan dan organ. Tulang pertama kali terbentuk dalam bentuk kartilago pada minggu ke lima. Pembentukan tulang tidak serentak melainkan bertahap. Sedangkan otot terbentuk di sekitar tulang-tulang yang sudah terbentuk lebih dulu. Kemudian pada surat tersebut dinyatakan “Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain.” Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan tulang dan otot tadi membuat embrio terlihat sudah seperti “manusia”. Proses ini terjadi pada akhir minggu ke delapan. Pada tahap ini, embrio sudah memiliki bentuk khusus dan mulai muncul organ-organ internal dan eksternal. Setelah minggu ke delapan inilah embrio disebut dengan fetus atau janin.
Memasuki minggu ke 9, ukuran janin semakin besar dan semakin mengisi rongga rahim. Janin tersebut terlindung dalam 3 lapisan seperti yang tertulis dalam surat Az-Zumar ayat 6. Dalam surat tersebut tertulis ”Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.” Tiga kegelapan yang dimaksud dalam Al-Qur’an tersebut menggambarkan dinding abdomen (perut), dinding rahim, dan selaput amnion korion yang melindungi bayi. Dinding abdomen merupakan dinding terluar dari perut ibu dan di situ terdapat banyak bantalan lemak. Dinding rahim menutupi rongga rahim, rongga dimana janin semakin bertambah besar. Sedangkan Selaput amnion dan korion adalah selaput terdalam yang mengelilingi janin yang berisi cairan ketuban. Selain memiliki efek perlindungan terhadap janin sebagai bantalan, selaput amnion dan cairannya juga membantu janin untuk bergerak lebih bebas dan membantu perkembangan organ dalam janin.


Al-Qur’an diturunkan kurang lebih 1400 tahun yang lalu, namun di dalamnya sudah digambarkan tentang tahapan penciptaan manusia dengan begitu detailnya, yang baru bisa dijelaskan berabad-abad kemudian. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?